Ari Tjahjanto, BSc (Hons), CPOD, CMA, SEA,
CEO PT Wongke Solusi Nusantara Pada acara Indonesia Annual Report III 2024 yang berlangsung pada tanggal 11 Oktober 2024 di Manhattan Hotel, Jakarta, dengan topik "Driving Future Growth Through Sustainable Innovation and Strong Governance" menjadi pusat diskusi di antara para Komisari, Presiden Direktur dan Direktur dari berbagai Perusahaan sektor swasta, BUMN, dan BUMD. Ari Tjahjanto, yang saat ini sebagai CEO PT Wongke Solusi Nusantara sekaligus anggota juri dalam ajang Annual Report Award ini, berbagi pandangannya mengenai bagaimana inovasi berkelanjutan, tata kelola yang kuat, dan integrasi teknologi informasi (IT) dapat mengakselerasi pencapaian tujuan keberlanjutan (ESG) dalam perusahaan. Dalam presentasinya, Ari Tjahjanto menekankan pentingnya sistem IT dalam pencapaian target ESG. ESG (Environmental, Social, and Governance) adalah parameter utama bagi perusahaan modern yang ingin mencapai keunggulan korporat yang berkelanjutan. Melalui integrasi sistem IT yang cerdas, target ESG dapat dicapai secara lebih efektif, memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan transparansi, akurasi pelaporan, serta mendorong keberlanjutan dalam operasional bisnis. Teknologi menjadi jembatan penghubung antara inovasi dan tata kelola perusahaan. Dengan menggunakan solusi seperti Enterprise Resource Planning (ERP) dan Customer Relationship Management (CRM), perusahaan dapat memantau emisi gas rumah kaca (GHG) pada cakupan 1, 2, dan 3. Hal ini mencakup emisi langsung, energi tidak langsung, hingga semua emisi yang berasal dari rantai pasok dan penggunaan produk perusahaan. Penggunaan teknologi ini membantu mengelola data emisi secara lebih mudah dan transparan, sehingga memudahkan para pemimpin dalam membuat keputusan berbasis data untuk keberlanjutan. Tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan dalam mengelola ESG adalah kompleksitas dalam penghitungan emisi dan penerapan standar keberlanjutan. Dalam sebuah survei, sebanyak 69% perusahaan masih kesulitan dalam menghitung aspek kuantitatif penerapan ESG, dan 63% menyebutkan kurangnya sumber daya manusia yang memahami prinsip keberlanjutan. Ini menunjukkan bahwa masih banyak perusahaan yang membutuhkan bantuan baik dalam aspek teknologi maupun pelatihan sumber daya manusia untuk memahami dan menerapkan prinsip ESG dengan benar. Selain itu, banyaknya standar yang harus dipatuhi juga menjadi tantangan bagi perusahaan dalam menyusun laporan keberlanjutan. Standar Internasional seperti Global Reporting Initiative (GRI), Corporate Sustainable Report Directive (CSRD), hingga berbagai regulasi Indonesia seperti POJK 51, Proper, dan Prisma, harus diintegrasikan agar pelaporan ESG dapat dilakukan dengan konsisten dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan bantuan teknologi, perusahaan dapat mengintegrasikan semua standar ini dalam satu platform, sehingga meningkatkan efisiensi dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pelaporan. Ari Tjahjanto juga menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (human capital) dalam mendukung keberlanjutan. Menggabungkan teknologi dengan pelatihan karyawan dapat memastikan bahwa budaya perusahaan mendukung tujuan ESG dan mendorong inovasi di segala level organisasi. Menurutnya, integrasi teknologi dengan program pengembangan sumber daya manusia selalu menjadi fokus utama untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi klien. Solusi teknologi seperti Human Capital Management (HCM) dapat membantu mengelola talenta dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap prinsip keberlanjutan. "Dengan menggunakan teknologi untuk mendukung pengembangan human capital, kita bisa memastikan bahwa perusahaan memiliki tenaga kerja yang siap untuk menghadapi tantangan keberlanjutan di masa depan," jelas Ari. Selain peran teknologi, tata kelola perusahaan yang kuat juga menjadi kunci bagi pertumbuhan yang berkelanjutan. Tata kelola yang baik tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mematuhi regulasi, tetapi juga sebagai fondasi untuk membangun kepercayaan di mata pemangku kepentingan, termasuk investor dan masyarakat. Tata kelola yang kuat membantu perusahaan mengurangi risiko reputasi dan operasional, yang merupakan komponen penting dalam mencapai keunggulan korporat. Menurut Ari, pemimpin perusahaan memiliki tanggung jawab dalam mengelola sumber daya publik harus menunjukkan tata kelola yang efisien dan transparan. Hal ini akan memberikan jaminan kepada publik dan investor bahwa perusahaan dikelola dengan cara yang bertanggung jawab dan berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang. Pertumbuhan masa depan yang berkelanjutan sangat mungkin dicapai melalui kombinasi inovasi teknologi, tata kelola perusahaan yang kuat, dan pengembangan sumber daya manusia. Melalui penerapan sistem IT yang tepat, perusahaan dapat mengelola target ESG secara lebih efektif, meningkatkan akurasi dan transparansi pelaporan, serta menanamkan prinsip keberlanjutan dalam semua aspek operasional. Acara Indonesia Annual Report III 2024 ini menjadi pengingat akan pentingnya kerja sama antara Pemerintah, Perusahaan swasta, BUMN, dan BUMD dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu, menguatkan tata kelola, serta mengembangkan human capital yang berorientasi pada keberlanjutan, perusahaan dapat menghadapi tantangan masa depan dengan lebih siap dan menjadi pemimpin dalam inovasi yang berkelanjutan. Sebagai anggota juri Annual Report Award, Ari Tjahjanto memiliki perspektif yang unik dan mendalam mengenai bagaimana laporan yang berkualitas tinggi dapat mencerminkan upaya keberlanjutan dan tata kelola yang baik dari sebuah perusahaan. Hal ini menjadi kriteria penting dalam evaluasi untuk memastikan bahwa perusahaan tidak hanya berkembang dari sisi finansial, tetapi juga menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Ari Tjahjanto, dengan pengalamannya yang lengkap sebagai pemimpin, memberikan contoh nyata bagaimana perusahaan dapat mengintegrasikan solusi IT, tata kelola yang kuat, dan pengembangan SDM untuk mencapai keberlanjutan. Ini bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan dapat terus tumbuh dan berkembang dengan cara yang lebih berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan.
0 Comments
Ari Tjahjanto, BSc (Hons), CPOD, CMA, SEA
CEO PT Wongke Solusi Nusantara Dalam dunia bisnis yang semakin dinamis, isu keberlanjutan menjadi aspek yang tak dapat dipisahkan dari keberhasilan jangka panjang perusahaan. Hal ini bukan lagi sekadar komitmen, melainkan elemen penting yang membentuk strategi dan budaya organisasi. Ari Tjahjanto, BSc (Hons), CPOD, CMA, SEA, CEO PT Wongke Solusi Nusantara dan Sekretaris Jendral International Society of Sustainability Professional (ISSP) Indonesia Chapter, adalah salah satu pemimpin yang mengingatkan pentingnya keberlanjutan. Berbekal pengalaman lebih dari 25 tahun di berbagai bidang, Ari mengajak kita melihat bagaimana Human Capital (SDM) dapat menjadi ujung tombak dalam mendorong keberlanjutan dengan memanfaatkan standar-standar internasional seperti ISO. Didirikan atas dasar keyakinan bahwa bisnis seharusnya tentang manusia sebagaimana tentang profit, Wongke memposisikan diri sebagai konsultan yang menjembatani celah antara proses bisnis dan elemen kemanusiaan. Dengan nama yang terinspirasi dari kata dalam bahasa Jawa, "wong" yang berarti manusia, Wongke berkomitmen untuk memperlakukan karyawan, mitra, dan klien dengan rasa hormat dan empati, serta membangun budaya kolaborasi dan pertumbuhan bersama. Visi Wongke adalah menciptakan lingkungan bisnis global di mana hubungan manusia menjadi inti dari setiap proses, memberdayakan organisasi untuk mencapai keberhasilan yang berkelanjutan dengan mengutamakan manusia, empati, dan dampak positif. Filosofi ini sangat selaras dengan inisiatif ESG (Environmental, Social, Governance) yang dipromosikan oleh Ari Tjahjanto melalui standar ISO Human Capital. Dalam wawancara kami, Ari menjelaskan pentingnya ISO Human Capital dalam mendukung inisiatif ESG. Standar-standar seperti ISO 30405 terkait rekrutmen, dan ISO 30414 yang fokus pada pelaporan modal manusia, menjadi landasan dalam membangun kerangka kerja insan Human Capital yang berkelanjutan. Menurut Ari, "Sebagai arsitek budaya organisasi, profesional Human Capital memiliki peran krusial dalam memimpin inisiatif ESG, memastikan bahwa keberlanjutan bukan hanya komitmen, tetapi menjadi DNA dari setiap tindakan perusahaan." ISO 30405, misalnya, memberikan panduan dalam proses perekrutan yang tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan bisnis tetapi juga pada keberlanjutan dan inklusi. Dalam praktiknya, HR dapat memastikan bahwa proses rekrutmen tidak hanya memenuhi persyaratan standar kualitas, tetapi juga berkontribusi pada tujuan lingkungan dan sosial perusahaan. Salah satu topik utama yang juga disinggung adalah konsep Green Jobs dan Green Skill. Ari menyampaikan bahwa keberlanjutan tidak hanya soal operasional perusahaan tetapi juga mempersiapkan tenaga kerja yang mampu menghadapi tantangan masa depan. "Green Jobs adalah masa depan. Kita tidak bisa hanya bicara tentang profit, kita harus bicara tentang keberlanjutan. Dan untuk itu, kita butuh keterampilan hijau di setiap level organisasi," kata Ari. Di Wongke, salah satu dari tiga pilar utama adalah Sumber Daya Manusia (Human Capital), di mana fokusnya adalah membina dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan baik tim internal maupun klien. Green Jobs adalah pekerjaan yang berfokus pada konservasi lingkungan, pengurangan emisi, dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Misalnya, posisi seperti sustainable supply chain analyst dan carbon offset project manager merupakan contoh peran yang secara langsung berkontribusi pada keberlanjutan. Ari percaya bahwa perusahaan yang mampu mempromosikan green skills melalui pelatihan dan pengembangan karyawan akan menjadi pemain utama dalam perekonomian yang berkelanjutan. Wongke memiliki kerangka kerja sistem PPTx yang terstruktur untuk keberlanjutan yang terdiri dari People, Policy/Process, Technology, dengan eXperience yang mendukung keberlanjutan di tempat kerja. Ari menggarisbawahi bahwa keberlanjutan harus diterapkan di sepanjang siklus hidup karyawan, mulai dari rekrutmen, onboarding, hingga pengembangan dan keberangkatan karyawan. Dengan menerapkan standar seperti ISO 30409 (Perencanaan Tenaga Kerja) dan ISO 30415 (Keberagaman dan Inklusi), perusahaan dapat merancang seluruh perjalanan karyawan agar selaras dengan tujuan ESG. Proses rekrutmen menjadi lebih dari sekadar seleksi talenta, tetapi juga melibatkan penilaian terhadap bagaimana kandidat potensial dapat berkontribusi pada tujuan keberlanjutan perusahaan. Ari menekankan pentingnya memastikan bahwa karyawan baru memahami visi dan nilai perusahaan terkait keberlanjutan sejak hari pertama. Hal ini bisa dilakukan melalui program pre-boarding yang menekankan nilai-nilai seperti pengurangan limbah dan konservasi energi. Bagian dari mengintegrasikan ESG ke dalam strategi Human Capital adalah melakukan audit berkala. Ari menyoroti perlunya audit ESG yang meliputi aspek-aspek seperti manajemen energi, pengurangan emisi, serta keterlibatan dan kesehatan komunitas. Dengan demikian, perusahaan dapat mengidentifikasi area perbaikan sekaligus mengukur dampak dari kebijakan yang diterapkan. Ari juga menegaskan bahwa kepatuhan terhadap sertifikasi keberlanjutan menjadi kunci dalam mempertahankan reputasi dan integritas perusahaan di mata publik dan pemangku kepentingan. Audit ini membantu perusahaan untuk memahami dampak praktik bisnis mereka terhadap lingkungan dan masyarakat serta memastikan bahwa setiap langkah yang diambil memiliki kontribusi positif terhadap tujuan global keberlanjutan. Menurut Ari, profesional SDM harus memahami bahwa mereka bukan hanya pengelola administrasi dan kesejahteraan karyawan, tetapi juga arsitek yang merancang budaya keberlanjutan dalam organisasi. Dengan menggunakan kerangka kerja yang sudah terstandarisasi seperti ISO, para profesional Human Capital dapat memimpin transformasi keberlanjutan yang nyata. Mereka tidak hanya memastikan perusahaan mematuhi peraturan dan standar keberlanjutan, tetapi juga menciptakan dampak yang berkelanjutan di komunitas mereka. Wongke juga memperlihatkan betapa pentingnya pengembangan inisiatif keberlanjutan yang berbasis empati dan hubungan manusia, sejalan dengan misinya untuk memanusiakan proses bisnis. Nilai-nilai seperti kepemilikan, pertumbuhan, dan keramahan, yang dipromosikan dalam budaya Wongke, sangat berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yang inovatif dan berkelanjutan. Selain implementasi internal, Ari juga mengungkapkan keterlibatannya dalam mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDG) melalui perannya sebagai Sekretaris Jendral ISSP Indonesia Chapter. Baginya, SDM merupakan kunci dalam mencapai SDG, karena melalui pengembangan sumber daya manusia yang unggul dan berkelanjutan, perusahaan dapat benar-benar mendukung pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Wongke juga menekankan keterlibatan komunitas sebagai bagian dari kontribusinya terhadap pendidikan, lingkungan, dan proyek-proyek inklusivitas. Program-program seperti community engagement yang mendorong karyawan terlibat dalam proyek-proyek keberlanjutan lokal juga diinisiasi sebagai upaya untuk memperkuat dampak sosial perusahaan. Wawancara ini memberikan gambaran jelas tentang bagaimana SDM dapat menjadi pendorong utama dalam mencapai keberlanjutan perusahaan. Dengan menggunakan standar-standar ISO dan berfokus pada pengembangan keterampilan hijau, perusahaan dapat membangun budaya organisasi yang kuat, yang tidak hanya menguntungkan bisnis tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Ari Tjahjanto telah menunjukkan bahwa keberlanjutan bukanlah sekadar konsep, tetapi suatu tujuan nyata yang dapat diwujudkan melalui komitmen, keterlibatan, dan kepemimpinan yang bijak dari para profesional SDM. "Kita harus memastikan bahwa keberlanjutan menjadi DNA dari setiap tindakan perusahaan," tutup Ari dengan tegas, mengajak setiap pemimpin organisasi untuk bergerak bersama menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |